Habaib Madura Upayakan Rekonsiliasi Sunni Syiah

Forum Habaib Madura Upayakan Rekonsiliasi Sunni Syiah

Habaib Madura Upayakan Rekonsiliasi Sunni SyiahUSULAN PENANGANAN GERAKAN ANTI SYIAH DI INDONESIA, Melihat isu-isu yang berkembang, sehubungan dengan gerakan anti Syiah yang menurut pandangan kami sangat berbahaya bagi persatuan umat Islam Indonesia, dan keutuhan NKRI.

Disaat MUI Pusat, Departemen agama belum menyatakan bahwa Syiah sebagai aliran sesat, di beberapa daerah di Indonesia telah terjadi sejumlah kekerasan atas penganut Syi’ah seperti di Bondowoso, Bangil, dan terakhir di Sampang Madura telah terjadi pembakaran rumah, musalla dan pesantren penganut Syiah. Maka bisa dibayangkan jika MUI Pusat, Departemen agama mengeluarkan fatwa sesat Syiah. Naudzubillahi min Dzalik, maka yang terjadi akan lebih dahsyat dari itu.

Saat ini-pun desa Nangkernang Karang Gayam Sampang juga masih mencekam karena kedua belah pihak yang bertikai belum dimediasi dengan pola perdamaian yang memasuki pokok dasar permasalahan.
Sekedar informasi, penganut Syiah terdapat hampir di seluruh kabupaten/kota di Indonesia mulai Sabang sampai Merauke. Fatwa sesat justru akan membuat konflik ini menjalar ke seluruh Indonesia. Karakter penganut Syiah yang memiliki prinsip yang kuat dan karakter anti Syiah yang cenderung suka berbuat kekerasan dan seringkali dalam pernyataannya sangat provokatif hingga sampai pada level menghalalkan darah akan menjadi pemicu konflik yang tidak terbayangkan.

Melihat semua itu, dan melihat bahwa tidak ada satupun Haba’ib di Indonesia yang tidak memiliki keluarga yang menganut madzhab syiah, maka kami dari keluarga besar Haba’ib Madura yang memiliki kedekatan dengan kelompok Syiah kemudian secara kultur menyatu dengan masyarakat dan ulama Madura dan juga memiliki ikatan hubungan darah dengan ulama-ulama besar di madura mengambil inisiatif untuk mengambil peran dalam mengatasi konflik ini.

Kami membentuk tim silaturahmi yang semuanya berasal dari keluarga besar Haba’ib Madura, untuk bersilaturahmi ke Ulama-Ulama besar Madura dalam rangka meminta pendapat mereka sehubungan dengan permasalahan ini. Ulama yang sempat kami datangi adalah:

1. KH.Waris Ilyas, Guluk-Guluk Sumenep,
2. KH.Muksid, Guluk-Guluk Sumenep,
3. KH.Jurjis, Klaba’an Sumenep,
4. KH.Baidlowi Khozin, Bakiong Sumenep,
5. KH.Thoifur bin Aliwafa, Ambunten Sumenep,
6. KH.Muhammad Rofi’i Baidlowi, Banyuanyar Pamekasan,
7. KH.Thohir bin Hamid, Bata-Bata Pamekasan,
8. KH.Dhofir, Sotabar Pamekasan,
9. KH.Ahmad Barizi Muhammad, Lan-Bulan Sampang,
10. KH.Ghazali Muhammad, Lan Bulan Sampang,
11. KH.Jakfar Yusuf bin Abdul Wahid, Omben Sampang,
12. KH.R.Fakhruddin, Tonjung Bangkalan
13. KH.Kholil Nashir, Senenan Bangkalan,
14. KH.Nuruddin, Burneh Bangkalan,

Silaturahmi ini memang belum mencapai seluruh Ulama Madura. Keterbatasan waktu dan kesempatan dari tim Silaturahmi menyebabkan kami tidak berkesempatan untuk mendatangi Ulama-Ulama lainnya yang juga tidak bisa diremehkan ketokohan, pengaruh dan keilmuannya. Akan tetapi, minimal melihat ketokohan, pengaruh dan keilmuan dari Ulama-Ulama Madura yang kami datangi tersebut sudah sangat cukup untuk membuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Mayoritas ulama besar madura tidak suka Syiah masuk ke Madura, karena bagaimanapun secara madzhab memang berbeda. Sama halnya mereka tidak suka dengan Muhammadiyah karena berbeda dengan NU. Tetapi mereka tidak setuju jika Syiah dianggap sesat ataupun kafir. Selain karena secara prinsip mereka bukan kelompok yang suka mengkafirkan dan menyesatkan kelompok lain, mereka juga sebenarnya sudah tahu bahwa perbedaan Syiah dengan Sunni sudah dimaklumi oleh ulama-ulama terdahulu dimana perbedaannya hanya pada wilayah furu’/cabang. Informasi bahwa Syiah memiliki Qur’an yang berbeda, menghina sahabat, dll, tidak lebih hanyalah fitnah yang disebarkan oleh kelompok anti Syiah. Malah justru Syiah memiliki kultur yang mirip dengan muslim Madura, diantaranya Syiah melakukan ziarah kubur, talqin, tahlil, barokah para wali, dll. Apalagi ditunjang kondisi dimana penganut Syiah didominasi oleh Sayyid yang merupakan keturunan Rasulullah.

2. Semua ulama yang kami datangi diatas sepakat bahwa 26 orang Ulama yang berangkat ke Jakarta dengan tujuan meminta dukungan MUI, Departemen agama, dll dengan mengatasnamakan Ulama Madura untuk mengeluarkan fatwa sesat Syiah, tidak mewakili pandangan ulama-ulama Madura dikarenakan banyak sekali ulama yang tidak dilibatkan dalam keputusan untuk membuat usulan fatwa sesat syiah ke Jakarta.
Dalam pertemuan di Islamic Center Pamekasan, saat kelompok anti Syiah meminta dukungan Ulama-Ulama yang tergabung dalam Badan Silaturahim Ulama Pondok Pesantren Madura (Bassra), para ulama yang hadir mensyaratkan pembanding dari kelompok syiah, tetapi kelompok anti Syiah tidak mau dengan alasan Syiah sudah pasti kekafirannya. Sikap diam yang muncul dari kehalusan perilaku dan budaya akhlak yang
tinggi dari kalangan ulama Madura telah dimanfaatkan oleh kelompok anti Syiah untuk melegitimasi gerakan anti Syiah. Walaupun ada juga beberapa ulama yang hadir saat itu cukup tegas menunjukkan sikapnya dengan keluar dari ruang pertemuan. Ada juga yang dari awal memang sengaja tidak menghadiri forum-forum kelompok takfiri tersebut karena tidak setuju dengan penyesatan/pengkafiran Syiah.
Karena itu, demi persatuan umat Islam dan demi persatuan seluruh elemen bangsa, kami atas nama keluarga haba’ib Madura meminta kepada MUI maupun Departemen Agama ataupun Badan Koordinasi Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat (Bakorpakem) tingkat pusat agar :

1. Melakukan survey langsung ke seluruh ulama-ulama Madura untuk melihat pendapat mereka dan kami siap untuk menjadi pengantar atau penunjuk jalan.
2. Mengadakan acara dengan mengundang seluruh ulama Madura untuk dimintai pendapatnya.
3. Mengawasi dan memberi hukuman yang tegas sesuai undang-undang pada siapapun yang terbukti memprovokasi masyarakat serta mengajak masyarakat awam menjadi hakim untuk berbuat anarkis dalam menyikapi perbedaan keyakinan.

Jika tiga usulan kami ini dijalankan, kami yakin seyakin-yakinnya bahwa permasalahan konflik Syiah khususnya di Karang Gayam Sampang akan selesai dengan baik dan tuntas. Di dalam pertemuan kami dengan ulama-ulama Madura tersebut diatas ada pembicaraan layak dicermati, yakni mengenai himbauan mereka untuk kembali kepada asas yang diyakini akan menjadi solusi mendasar dari semua pertikaian madzhab di Indonesia, yaitu dengan meneladani perilaku dakwah imam Syafii yg gigih menjembatani ikhtilaf diantara masyarakat dibawah naungan madrasah Assohabah (di zaman ini diwakili ahlussunah) dengan masyarakat dibawah naungan madrasah Ahlul bait (di zaman ini diwakili Syiah) dimana beliau getol melawan mereka yang berada dibawah naungan madrasah Umawi yang sepanjang sejarahnya banyak menumpahkan darah suci keluarga Rasulullah saw, sampai akhirnya Imam Syafi’i syahid ditangan kelompok madrasah Umawi tersebut.
Akhirul kalam, Alhamdulillah, yang patut disyukuri, ditengah-tengah problematika yang sangat kompleks yang melilit bangsa Indonesia, Allah masih mencintai bangsa ini dengan menghadirkan di tengah-tengah kita Syafi’i-Syafi’i kecil zaman ini yang lahir dari rahim-rahim suci bangsa Indonesia, seperti Prof. Dr. KH. M. Tholchah Hasan, Prof.Dr.KH.Said Agil Siradj, Prof. Dr. Syafi’i Ma’arif, Prof.Dr.M.Din Syamsuddin, KH.Nur.M.Iskandar SQ, dll, yang tidak mungkin disebut semua satu persatu karena keterbatasan media ini, dimana mereka memiliki keikhlasan yang tinggi, semangat yang besar mencari Ridho Ilahi sebagaimana semangat Imam Syafi’i untuk menciptakan persatuan di kalangan muslimin Indonesia dengan memberikan hawa kesejukan di bumi pertiwi dalam setiap dakwahnya.

Para Syafi’i kecil ini faham dan mengerti akan resiko fitnah besar yang akan mereka terima dari kelompok yang memiliki pemikiran sempit dan merasa paling suci, yang seringkali membuat langkah yang berefek pada kerusakan dan perpecahan antar elemen bangsa. Demi tegaknya kebenaran dan demi terciptanya persatuan umat dalam bingkai NKRI, mereka rela menerjang setiap resiko tersebut. Semoga Allah menganugerahkan kekuatan, pahala yang berlipat ganda pada mereka.

Tertanda,

HABIB M.HAMZAH BIN USMAN AL HINDUAN,

KOORDINATOR TIM SILATURAHMI HABAIB MADURA

Penulis adalah putra daerah kelahiran Bangkalan, memiliki keluarga besar di 4 Kabupaten di Madura, saat ini tinggal di Kota Samarinda Kalimantan Timur.
[red/ahlulbaitindonesia/org]

Pos ini dipublikasikan di Fatwa Persatuan Sunni Syiah, Syiah di indonesia dan tag , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , . Tandai permalink.

Satu Balasan ke Habaib Madura Upayakan Rekonsiliasi Sunni Syiah

  1. m.untea berkata:

    justru orang yang menganggap syiah itu sesat yang lebih dekat dengan kekufuran..karena diberi akal namun tidak dipergunakan untk berfikir (kufur nikmat) dan apsti mereka itu bukan Ulama..tapi ulama palsu..yang banyak mnyesatkan umat..bertobatlah wahai para Ulama Palsu..

Tulis Komentar Anda